🌨️ Tanya Jawab Tentang Hadits Maudhu

BeliPengantar Studi Ilmu Hadits - Al Kautsar. Harga Murah di Lapak auliashop. Pengiriman cepat Pembayaran 100% aman. Belanja Sekarang Juga Hanya di Bukalapak. 3/6, 11:20 AM] Taufiqurrahman: Ustaz, hadis maudhu yang diada- adakan tetapi dibuktikan tidak benar. Apakah pembuktian kebenarannya itu bisa melalui research dan pembuktian para saintis? Karena banyak ribuan hadis palsu yang beredar dan diyakini kebenarannya.🙏🏻 [3/6, 11:27 AM] Taufiqurrahman: Terimakasih ustaz atas penjelasanya BeliPengantar Studi Ilmu Hadits - Al Kautsar. Harga Murah di Lapak Aisha Store. Pengiriman cepat Pembayaran 100% aman. Belanja Sekarang Juga Hanya di Bukalapak. Apakahbetul hadist dhoif bisa dijadikan sandaran amal?adakah batasan2nya? Beliau menjawab, "puasa 'asyura akan menghapus dosa setahun yang lalu." 📚 (hr. Hadits Tentang Zakat Mal Nusagates Hadis maudhu (palsu) dan larangan mengamalkannya. Tanya jawab tentang hadits maudhu. Pada hadits anas bin malik radhiyallahu'anhu ini terdapat 3 jalur periwayatan, yaitu : Hadits anas bin malik Untukpenanggalan Masehi, puasa Asyura jatuh pada hari Senin, 8 Agustus 2022. Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Kementerian Agama (Dirjen Bimas Kemenag) Kamaruddin Amin mengatakan, umat muslim dapat melaksanakan puasa Asyura pada 8 Agustus 2022. " Puasa asyura dilaksanakan pada tanggal 10 Muharam atau 8 Agustus 2022," terangnya, saat Jawabantentang hadis menuntut ilmu ke negeri Cina. Hadis ini adalah hadis yang batil. Bahkan disebutkan oleh Ibnul Jauzi dalam al-Maudhu'at, "Ini adalah hadis dusta atas nama Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam. As-Syaukani mengatakan, 'Hadis ini diriwayatkan al-Uqaili dan Ibn Adi dari Anas secara marfu' (sampai kepada Nabi Jawab: Imam jalaluddin As-Suyuthi ketika ditanya perihal maulid beliau menjawab secara Eksplisit dengan sebuah karya kitab yang diberi nama 'husnul maqosid Fi Amalil maulid' menurut beliau "hukum asal maulid nabi yang mana didalamnya terdapat orang yang membaca ayat suci al quran . dan hadits nabi tentang Pengarai rosululloh. begitu juga Makailmu mustholah ini secara spesifik mengkaji keadaan sanad hadits, yang dipandang dari beberapa sisi : 1. Sampai pada siapa perkataan itu berakhir, apakah marfu' (sampai kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam), mauquf (sampai kepada sahabat), maqthu' (sampai kepada tabi'i). 2. KajianIslam Tentang Talbil Iblis Untuk Menyebarkan Hadits Palsu. Di antara talbis iblis terhadap orang-orang yang berbicara tentang hadits adalah meriwayatkan hadits-hadits maudhu' (palsu). Bahkan dahulu para pemalsu hadits -terutama tentang fadhilah surah Al-Qur'an- beralasan bahwa mereka melakukan itu untuk membela Nabi Shallallahu . Diasuh Oleh Ust M Shiddiq Al Jawi Tanya Ustadz tolong jelaskan status hadits “hubbul wathon minal iman” cinta tanah air sebagian dari iman? Ismail, Tangerang, 081-696-3841 Jawab Ungkapan “hubbul wathon minal iman” memang sering dianggap hadits Nabi SAW oleh para tokoh nasionalis, mubaligh, dan juga da`i yang kurang mendalami hadits dan ilmu hadits. Tujuannya adalah untuk menancapkan paham nasionalisme dan patriotisme dengan dalil-dalil agama agar lebih mantap diyakini umat Islam. Namun sayang, sebenarnya ungkapan “hubbul wathon minal iman” adalah hadits palsu maudhu’. Dengan kata lain, ia bukanlah hadits. Demikianlah menurut para ulama ahli hadits yang terpercaya, sebagaimana akan diterangkan kemudian. Mereka yang mendalami hadits, walaupun belum terlalu mendalam dan luas, akan dengan mudah mengetahui kepalsuan hadits tersebut. Lebih-lebih setelah banyaknya kitab-kitab yang secara khusus menjelaskan hadits-hadits dha’if lemah dan palsu, misalnya Kitab Tahdzirul Muslimin min al-Ahadits a-Maudhu’ah Ala Sayyid al-Mursalinkarya Syaikh Muhammad bin al-Basyir bin Zhafir al-Azhari asy-Syafi’i w. 1328 H Beirut Darul Kutub al-Ilmiyah, 1999, hlm. 109; dan Kitab Bukan Sabda Nabi! Laysa min Qaul an-nabiy SAW karya Muhammad Fuad Syakir, diterjemahkan oleh Ahmad Sunarto, Semarang Pustaka Zaman, 2005, hlm. 226. Kitab-kitab tersebut mudah dijangkau dan dipelajari oleh para pemula dalam ilmu hadits di Indonesia, sebelum menelaah kitab-kitab khusus lainnya tentang hadits-hadits palsu, seperti Kitab Al-Maudhu’atkarya Ibnul Jauzi w. 597 H; Kitab Al-La`aali al-Mashnu’ah fi Al-Ahadits Al-Maudhu’ahkarya Imam as-Suyuthi w. 911 H; Kitab Tanzih Asy-Syari’ah al-Marfu`ah an Al-Ahadits Asy-Syani’ah Al-Maudhu`ahkarya Ibnu Arraq Al-Kanani. Lihat Mahmud Thahhan, Taysir Musthalah al-Hadits, hlm. 93. Berikut akan kami jelaskan penilaian para ulama hadits yang menjelaskan kepalsuan hadits “hubbul wathon minal iman”. Dalam kitab Tahdzirul Muslimin karya Syaikh al-Azhari asy-Syafi’i hlm. 109 tersebut diterangkan, bahwa hadits “hubbul wathon minal iman” adalah maudhu` palsu. Demikianlah penilaian Imam as-Sakhawi dan Imam ash-Shaghani. Imam as-Sakhawi w. 902 H menerangkan kepalsuannya dalam kitabnya al-Maqashid al-Hasanah fi Bayani Katsirin min al-Ahadits al-Musytaharah ala Alsinah, halaman 115. Sementara Imam ash-Shaghani w. 650 H menerangkan kepalsuannya dalam kitabnya Al-Maudhu’at, halaman 8. Penilaian palsunya hadits tersebut juga dapat dirujuk pada referensi-referensi al-maraji’ lainnya sebagai berikut Kasyful Al-Khafa` wa Muziilu al-Ilbas, karya Imam Al-Ajluni w. 1162 H, Juz I hlm. 423; Ad-Durar Al-Muntatsirah fi al-Ahadits al-Masyhurah, karya Imam Suyuthi w. 911 H, hlm. 74; At-Tadzkirah fi al-Ahadits al-Musytaharah, karya Imam Az-Zarkasyi w. 794 H, hlm. 11. Lihat Syaikh al-Azhari asy-Syafi’i, Tahdzirul Muslimin min al-Ahadits a-Maudhu’ah Ala Sayyid al-Mursalin, hlm. 109 Ringkasnya, ungkapan “hubbul wathon minal iman” adalah hadits palsu maudhu’ alias bukanlah hadits Nabi SAW. Hadits maudhu’ adalah hadits yang didustakan al-hadits al-makdzub, atau hadits yang sengaja diciptakan dan dibuat-buat al-mukhtalaq al-mashnu` yang dinisbatkan kepada Rasulullah SAW. Artinya, pembuat hadits maudhu` sengaja membuat dan mengadakan-adakan hadits yang sebenarnya tidak ada Lihat Syaikh al-Azhari asy-Syafi’i, Tahdzirul Muslimin, hlm. 35; Mahmud Thahhan, Taysir Musthalah al-Hadits, hlm. 89. Menurut Imam Nawawi dalam Syarah Muslim, meriwayatkan hadits maudhu’ adalah haram hukumnya bagi orang yang mengetahui kemaudhu’an hadits itu serta termasuk salah satu dosa besar kaba`ir, kecuali disertai penjelasan mengenai statusnya sebagai hadits maudhu’ Lihat Syaikh al-Azhari asy-Syafi’i, Tahdzirul Muslimin, hlm. 43. Maka dari itu, saya peringatkan kepada seluruh kaum muslimin, agar tidak mengatakan “hubbul wathon minal iman” sebagai hadits Nabi SAW, sebab Nabi SAW faktanya memang tidak pernah mengatakannya. Menisbatkan ungkapan itu kepada Nabi SAW adalah sebuah kedustaan yang nyata atas nama Nabi SAW dan merupakan dosa besar di sisi Allah SWT. Nabi SAW bersabda ومن كذب علي متعمدا فليتبوأ مقعده من النار “Barangsiapa yang berdusta atasku dengan sengaja, hendaklah ia menempati tempat duduknya di neraka.” Hadits Mutawatir. Terlebih lagi Islam memang tidak pernah mengenal paham nasionalisme atau patriotisme yang kafir itu, kecuali setelah adanya Perang Pemikiran al-ghazwul fikri yang dilancarkan kaum penjajah. Kedua paham sesat ini terbukti telah memecah-belah kaum muslimin seluruh dunia menjadi terkotak-kotak dalam wadah puluhan negara bangsa nation-state yang sempit, mencekik, dan membelenggu. Maka, kaum muslimin yang terpasung itu wajib membebaskan diri dari kerangkeng-kerangkeng palsu bernama negara-negara bangsa itu. Kaum muslimin pun wajib bersatu di bawah kepemimpinan seorang Imam Khalifah yang akan mempersatukan kaum muslimin seluruh dunia dalam satu Khilafah yang mengikuti minhaj nubuwwah. Semoga datangnya pertolongan Allah ini telah dekat kepada kita semua. Amin. Yang dimaksudkan dengan hadits maudhu’ adalah hadits yang dikarang-karang oleh orang yang berdusta atas nama Nabi shallallahu alaihi wa sallam. Mengenai orang-orang semacam itu Nabi shallallahu alaihi wa sallam mengatakan, مَنْ كَذَبَ عَلَىَّ مُتَعَمِّدًا فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنَ النَّارِ “Barangsiapa yang berdusta atas namaku dengan sengaja, maka silakan dia ambil tempat duduknya di neraka.”[1] Yang dimaksud dengan hadits dho’if adalah hadits yang tidak memenuhi syarat-syarat hadits shahih, semisal karena terputusnya sanad. Bagaimana hukum menggunakan hadits maudhu’ dan dho’if? Syaikh Muhammad bin Sholih Al Utsaimin -rahimahullah- berkata, “Hadits maudhu’ –berdasarkan kesepakatan para ulama- tidak boleh disebut-sebut dan disebarluaskan di tengah-tengah manusia. Hadits maudhu’ tidak boleh digunakan baik dalam masalah at targhib untuk memotivasi atau at tarhib untuk menakut-nakuti dan tidak boleh digunakan untuk hal-hal lainnya. Hadits maudhu’ boleh disebutkan jika memang ingin dijelaskan status haditsnya yang maudhu’.” Adapun mengenai hadits dho’if, Syaikh Muhammad bin Sholih Al Utsaimin mengatakan, “Sedangkan hadits dho’if diperselisihkan oleh para ulama -rahimahumullah-. Ada yang membolehkan untuk disebarluaskan dan dinukil, namun mereka memberikan tiga syarat dalam masalah ini, [Syarat pertama] Hadits tersebut tidaklah terlalu dho’if tidak terlalu lemah. [Syarat kedua] Hadits tersebut didukung oleh dalil lain yang shahih yang menjelaskan adanya pahala dan hukuman. [Syarat ketiga] Tidak boleh diyakini bahwa hadits tersebut dikatakan oleh Nabi shallallahu alaihi wa sallam. Hadits tersebut haruslah disampaikan dengan lafazh tidak jazim yaitu tidak tegas. Hadits tersebut hanya digunakan dalam masalah at targhib untuk memotivasi dan at tarhib untuk menakut-nakuti.” Yang dimaksudkan tidak boleh menggunakan lafazh jazim adalah tidak boleh menggunakan kata “qola Rasulullah” رَسُوْل اللهِ قَالَ, yaitu Rasulullah bersabda. Namun kalau hadits dho’if tersebut ingin disebarluaskan maka harus menggunakan lafazh “ruwiya an rosulillah” ada yang meriwayatkan dari Rasulullah atau lafazh “dzukiro anhu” ada yang menyebutkan dari Rasulullah, atau ”qiila”, atau semacam itu. Jadi intinya, tidaklah boleh menggunakan lafazh “Qola Rosulullah” Rasulullah bersabda tatkala menyebutkan hadits dho’if. Jika di masyarakat tidak bisa membedakan antara perkataan dzukira ذُكِرَ, qiila قِيْلَ, ruwiya رُوِيَ dan qoola قَالَ, maka hadits dho’if tidak boleh disebarluaskan sama sekali. Karena ditakutkan masyarakat akan menyangka bahwa itu adalah hadits Nabi shallallahu alaihi wa sallam. Faedah penting lainnya Dari sini menunjukkan bahwa hadits dho’if tidak boleh digunakan untuk menentukan suatu amalan kecuali jika ada hadits shahih lain yang mendukungnya. Karena di sini hanya disebutkan boleh hadits dho’if untuk memotivasi beramal atau menakut-nakuti, bukan untuk menentukan dianjurkannya suatu amalan kecuali jika ada hadits shahih yang mendukung hal ini. Perhatikanlah! Misalnya ada hadits dho’if mengenai amalan pada malam nishfu sya’ban. Kalau landasannya dari hadits dho’if tanpa pendukung dari hadits shahih, maka tidak boleh digunakan sama sekali sebagai landasan untuk beramal. Faedah Ilmu dari Syarh Al Aqidah Al Wasithiyyah, Syaikh Muhammad bin Sholih Al Utsaimin, hal. 401-402, cetakan pertama, 1424 H. Panggang, Gunung Kidul, 22 Syawwal 1430 H Muhammad Abduh Tuasikal Artikel [1] HR. Bukhari no. 1291 dan Muslim no. 3 Mungkin kita sering mendengar istilah hadits maudhu. Namun, masih banyak yang tidak tahu apa itu hadits maudhu, bagaimana ciri-cirinya, dan bagaimana cara mengidentifikasinya. Kita akan membahas tanya jawab tentang hadits maudhu dalam artikel itu Hadits Maudhu?Hadits maudhu adalah hadits palsu yang sengaja dibuat oleh orang yang tidak bertanggung jawab. Hadits ini tidak memiliki dasar atau sumber dari Nabi Muhammad SAW atau para sahabatnya. Biasanya, hadits ini dibuat untuk tujuan tertentu, misalnya untuk mendukung suatu pendapat atau untuk mengajak orang melakukan maudhu sangat berbahaya karena dapat menyesatkan umat Islam. Oleh karena itu, para ulama sangat memperhatikan keabsahan hadits dan mengidentifikasi hadits Ciri-ciri Hadits Maudhu?Berikut adalah beberapa ciri-ciri hadits maudhuHadits tersebut tidak memiliki sanad atau rantai periwayatan yang tersebut bertentangan dengan ajaran Islam yang sudah tersebut mengandung kesalahan atau ketidak tersebut tidak memiliki kesesuaian dengan konteks sejarah dan budaya saat sebuah hadits memiliki ciri-ciri tersebut, maka kemungkinan besar hadits tersebut adalah Cara Mengidentifikasi Hadits Maudhu?Berikut adalah beberapa cara untuk mengidentifikasi hadits maudhuMemeriksa Sanad HaditsSanad hadits adalah rantai periwayatan yang menghubungkan antara perawi dengan Nabi Muhammad SAW. Jika sanad hadits tidak jelas, atau terdapat perawi yang tidak dikenal atau tidak terpercaya, maka kemungkinan besar hadits tersebut Matan HaditsMatan hadits adalah isi atau teks hadits. Jika isi hadits bertentangan dengan ajaran Islam yang sudah mapan, atau mengandung kesalahan atau ketidak logisan, maka hadits tersebut kemungkinan besar Konteks Sejarah dan BudayaSeorang ahli hadits juga harus memeriksa konteks sejarah dan budaya saat hadits tersebut disampaikan. Jika hadits tidak sesuai dengan konteks, maka hadits tersebut kemungkinan besar Hadits Maudhu dapat Digunakan?Hadits maudhu tidak boleh digunakan sebagai dasar dalam menentukan hukum Islam atau ajaran Islam. Hal ini karena hadits maudhu tidak memiliki dasar yang jelas dan sahih dari Nabi Muhammad SAW atau para umat Islam, kita harus berhati-hati dalam mengambil hukum atau ajaran Islam dari hadits. Kita harus memastikan bahwa hadits tersebut sahih dan memiliki dasar yang jelas dari Nabi Muhammad SAW atau para Cara Menghindari Hadits Maudhu?Berikut adalah beberapa cara untuk menghindari hadits maudhuMemeriksa Sumber HaditsSumber hadits adalah penting untuk diperiksa. Kita harus memastikan bahwa hadits berasal dari sumber yang terpercaya dan memiliki sanad yang Ilmu HaditsBelajar ilmu hadits adalah penting untuk menghindari hadits maudhu. Dengan mempelajari ilmu hadits, kita dapat memahami kriteria dan kaidah-kaidah Kepada UlamaBertanya pada ulama juga merupakan cara yang baik untuk menghindari hadits maudhu. Para ulama memiliki pengetahuan yang mendalam tentang hadits dan dapat membantu kita memahami dan membedakan hadits yang sahih dan hadits yang Hadits MaudhuBerikut adalah contoh hadits maudhuNoHaditsKeterangan1“Janganlah kalian makan daging sapi, karena daging sapi itu adalah jasad iblis.”Hadits ini dibuat untuk menyesatkan umat Islam dari mengonsumsi daging siapa yang menolak undangan, maka ia telah mendustakan Allah.”Hadits ini bertentangan dengan ajaran Islam yang menyebutkan bahwa menolak undangan tidak membuat seseorang mendustakan siapa yang membaca surat Al-Ikhlas sebanyak 100 kali dalam sehari, maka ia akan masuk surga.”Hadits ini mengandung kesalahan dan ketidak logisan, karena masuk surga tidak semudah maudhu adalah hadits palsu yang sengaja dibuat untuk tujuan tertentu. Hadits ini sangat berbahaya karena dapat menyesatkan umat Islam. Oleh karena itu, kita harus memeriksa keabsahan hadits dan mengidentifikasi hadits ilmu hadits dan bertanya pada ulama adalah cara yang baik untuk menghindari hadits maudhu. Sebagai umat Islam, kita harus memastikan bahwa hadits yang kita ambil memiliki dasar yang jelas dan sahih dari Nabi Muhammad SAW atau para video of Tanya Jawab tentang Hadits Maudhu

tanya jawab tentang hadits maudhu